Produksi Ponsel di Indonesia Capai 60,5 Juta Unit
MADEININDONESIA -- Industri telepon seluler di Indonesia mengalami pertumbuhan jumlah produksi yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, serta pengoptimalan komponen lokal melalui regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk perangkat 4G. Di sisi lain, upaya pemerintah tersebut juga berhasil menurunkan impor ponsel.
Sekjen Asosiasi Industri Perangkat Telekomunikasi Indonesia (AIPTI), Hendrik L Karosekali, memaparkan, pada 2013, produksi ponsel dalam negeri hanya mencapai 105.000 unit, sementara impor ponsel mencapai 62 juta unit.
Di tahun berikutnya, impor ponsel mengalami penurunan menjadi 60 juta unit. Sementara itu, produksi ponsel dalam negeri tumbuh signifikan menjadi 5,7 juta unit. Kemudian di tahun 2015, produk impor merosot hingga 40 persen menjadi 37 juta unit, sedangkan produksi ponsel di dalam negeri semakin meningkat menjadi 50 juta unit.
Tahun 2016, produk impor ponsel menurun kembali menjadi 18,5 juta unit. Untuk ponsel produksi dalam negeri meningkat menjadi 68 juta unit. Sementara di tahun 2017, impor ponsel hanya tinggal 11,4 juta unit, sedangkan produksi ponsel di dalam negeri mencapai 60,5 juta unit.
"Dalam beberapa tahun terakhir ini, peningkatan jumlah produksi ponsel di dalam negeri memang meningkat sangat signifikan. Berarti industri manufaktur di Indonesia sudah berhasil dilaksanakan. Tetapi memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan," kata Hendrik di acara Indonesia LTE Conference 2018, di Jakarta, Rabu (14/3).
Hendrik menyampaikan, salah satu tantangan yang harus dijawab oleh industri manufaktur di Indonesia adalah menciptakan telepon seluler buatan dalam negeri yang bisa mendunia. Dirinya memberi contoh apa yang terjadi pada merek ponsel Tiongkok yang saat ini menjadi salah satu pemain terbesar di pasar ponsel global.
"Di tahun 1990-an, merek ponsel Tiongkok banyak meniru ponsel-ponsel yang sedang populer. Tapi dengan meniru dan memulai industri manufaktur, saat ini banyak ponsel Tiongkok yang menjadi nomor satu. Mudah-mudahan dengan industri mobile phone di Indonesia yang dimulai dari tahun 2013 sampai sekarang, nantinya juga bisa menciptakan merek lokal yang mendunia," tutur Hendrik.(sumber)
Menu Utama | Tentang Kami | Layanan Media Partner | Tukaran Link
Sekjen Asosiasi Industri Perangkat Telekomunikasi Indonesia (AIPTI), Hendrik L Karosekali, memaparkan, pada 2013, produksi ponsel dalam negeri hanya mencapai 105.000 unit, sementara impor ponsel mencapai 62 juta unit.
Di tahun berikutnya, impor ponsel mengalami penurunan menjadi 60 juta unit. Sementara itu, produksi ponsel dalam negeri tumbuh signifikan menjadi 5,7 juta unit. Kemudian di tahun 2015, produk impor merosot hingga 40 persen menjadi 37 juta unit, sedangkan produksi ponsel di dalam negeri semakin meningkat menjadi 50 juta unit.
Tahun 2016, produk impor ponsel menurun kembali menjadi 18,5 juta unit. Untuk ponsel produksi dalam negeri meningkat menjadi 68 juta unit. Sementara di tahun 2017, impor ponsel hanya tinggal 11,4 juta unit, sedangkan produksi ponsel di dalam negeri mencapai 60,5 juta unit.
"Dalam beberapa tahun terakhir ini, peningkatan jumlah produksi ponsel di dalam negeri memang meningkat sangat signifikan. Berarti industri manufaktur di Indonesia sudah berhasil dilaksanakan. Tetapi memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan," kata Hendrik di acara Indonesia LTE Conference 2018, di Jakarta, Rabu (14/3).
Hendrik menyampaikan, salah satu tantangan yang harus dijawab oleh industri manufaktur di Indonesia adalah menciptakan telepon seluler buatan dalam negeri yang bisa mendunia. Dirinya memberi contoh apa yang terjadi pada merek ponsel Tiongkok yang saat ini menjadi salah satu pemain terbesar di pasar ponsel global.
"Di tahun 1990-an, merek ponsel Tiongkok banyak meniru ponsel-ponsel yang sedang populer. Tapi dengan meniru dan memulai industri manufaktur, saat ini banyak ponsel Tiongkok yang menjadi nomor satu. Mudah-mudahan dengan industri mobile phone di Indonesia yang dimulai dari tahun 2013 sampai sekarang, nantinya juga bisa menciptakan merek lokal yang mendunia," tutur Hendrik.(sumber)
Menu Utama | Tentang Kami | Layanan Media Partner | Tukaran Link
loading...