Duel Maut Artileri Roket: Delima Jaya 122B vs PLM-861, Yang Mana Penguasa Langit Nusantara?
Jakarta – Industri pertahanan Indonesia kembali berdenyut kencang dengan persaingan dua sistem peluncur roket multi laras (MLRS) yang sama-sama menjanjikan: Delima Jaya 122B hasil kerjasama Dahana, dan PLM-861 yang dirancang oleh Pindad. Kedua sistem ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan artileri roket modern, sekaligus menantang dominasi MLRS impor yang kini beredar di kawasan Asia Tenggara.
PLM-861, dengan label "Peluncur Roket Modular," hadir sebagai pesaing langsung bagi MLRS yang lebih bertenaga milik Singapura, yang dibeli dari Amerika Serikat, atau dikenal High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS).
Kehadirannya juga menantang sistem serupa yang dimiliki negara-negara tetangga seperti Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Vietnam, yang mengandalkan produk impor dari Rusia dan Brasil.
Keunggulan PLM-861 terletak pada fleksibilitasnya. Sistem ini dirancang modular, memungkinkan konfigurasi peluncuran dengan 8 atau 6 roket kaliber 122mm atau 200mm. Bahkan, PLM-861 mampu membawa satu rudal kendali 200mm, memberikan opsi serangan presisi yang mematikan.
Roket-roket yang digunakan PLM-861 adalah hasil rancangan sepenuhnya oleh Kementerian Riset, melalui serangkaian uji coba yang sukses. Platform pengangkutnya pun menggunakan truk Perkasa, produk dalam negeri yang tangguh, menunjukkan kemandirian teknologi yang diusung.
Di sisi lain, Delima Jaya 122B, hasil kolaborasi dengan Dahana, juga menawarkan kemampuan artileri roket yang tak kalah mumpuni. Sistem ini telah menunjukkan ketangguhannya dalam berbagai uji coba, dan kini tengah menuju produksi massal, menandakan kesiapan operasionalnya.
Perbandingan langsung antara kedua sistem ini memunculkan pertanyaan krusial: mana yang lebih unggul? PLM-861 menawarkan fleksibilitas modular dan kemampuan rudal kendali, sementara Delima Jaya 122B menekankan pada kesiapan produksi dan operasional.
Kedua sistem ini, bagaimanapun, sama-sama mewakili lompatan besar bagi industri pertahanan Indonesia. Keduanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan taktis dan strategis TNI, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor alutsista.
Potensi ekspor kedua sistem ini juga tak bisa diabaikan. Negara-negara berkembang yang mencari solusi artileri roket modern dan terjangkau bisa menjadi pasar potensial bagi Delima Jaya 122B dan PLM-861.
Namun, tantangan tetap ada. Kualitas dan keandalan sistem harus terus ditingkatkan untuk bersaing di pasar global. Dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan dan investasi juga sangat penting.
Persaingan antara Delima Jaya 122B dan PLM-861 diharapkan dapat memacu inovasi dan pengembangan teknologi artileri roket di Indonesia. Pada akhirnya, yang diuntungkan adalah TNI dan bangsa Indonesia.
Kedua sistem ini, dengan keunggulan dan karakteristiknya masing-masing, menawarkan solusi artileri roket yang modern dan efektif. Keputusan akhir, tentu saja, berada di tangan TNI, sebagai pengguna akhir.
Pilihan akan didasarkan pada kebutuhan operasional, anggaran, dan pertimbangan strategis lainnya. Yang jelas, kehadiran Delima Jaya 122B dan PLM-861 menandai era baru bagi industri pertahanan Indonesia.
Kemandirian teknologi artileri roket, yang diwujudkan oleh kedua sistem ini, adalah langkah penting dalam memperkuat pertahanan nasional. Indonesia kini memiliki opsi yang kuat dan kompetitif di bidang artileri roket.
Duel antara Delima Jaya 122B dan PLM-861 bukan hanya tentang persaingan teknologi, tetapi juga tentang kebanggaan nasional. Keduanya adalah bukti kemampuan anak bangsa dalam mengembangkan alutsista modern.
Harapan besar kini tertuju pada kedua sistem ini. Semoga keduanya dapat memperkuat pertahanan Indonesia dan membuka jalan bagi ekspor alutsista buatan dalam negeri.
Dibuat oleh AI
loading...