Slide show

[mobil][slideshow]

Napak Tilas Sputnik I di Biak

Baca yang Lain

Keberhasilan peluncuran satelit Sputnik 1 dari Baikonur Cosmodrome Kazakhstan pada 4 Oktober 1957 menandai supremasi Uni Soviet dalam "perlombaan ruang angkasa". Pascahancurnya Soviet, Rusia, dan Ukraina, "bagian- bagian yang masih tersisa" mulai mencari terobosan baru untuk meraih kembali kejayaan di ajang bergengsi ini. Mereka kemudian menemukan Indonesia yang memiliki Biak, yang mereka jadikan pijakan.

Meski Perang Dingin telah usai, kompetisi di ruang angkasa terus berlangsung hingga kini, bahkan kian seru. Menerbangkan wahana ke antariksa bukan lagi diwarnai dengan kepentingan politik dan menebar pengaruh di mata dunia, seperti yang terjadi pada kurun 1950-an hingga awal 1970-an, lewat penerbangan serial Sputnik dan Apollo, tetapi lebih banyak didasari kepentingan bisnis.

Roket tidak lagi menjadi sarana menakuti-nakuti karena fungsinya sebagai peluru kendali yang dapat dimuati hulu ledak nuklir. Dihitung-hitung, satelit lebih menguntungkan jika dijadikan sarana nonmiliter ketimbang wahana untuk mengintai negara lain. Itulah yang dilakukan Rusia, misalnya dengan mengubah satelit mata-mata Ikonos menjadi satelit komersial untuk observasi sumber daya alam. Citra satelit ini dimanfaatkan Indonesia beberapa tahun belakangan.

Pengembangan satelit untuk tujuan komersial baru mulai 30 tahun terakhir. Ini meleset dari harapan International Council of Scientific Unions yang mencanangkan Tahun Geofisika Internasional mulai 1 Juli 1957 hingga Desember 1958 untuk meluncurkan satelit bagi tujuan damai. Dalam masa-masa itulah Sputnik 1 hingga Sputnik 3 lahir mengawali era ruang angkasa. Satelit ini dibuat dengan sangat rahasia di kalangan militer.

Pasca-Perang Dingin, satelit dikembangkan untuk beragam manfaat, bukan hanya untuk observasi dan pemetaan permukaan bumi, tetapi untuk pengamatan cuaca, pengiriman siaran radio dan televisi, serta telekomunikasi. Pengembangan teknologi ruang angkasa itu juga bukan hanya di dominasi dua kubu Timur negara-negara Eropa Timur yang kini diwakili Rusia dan Ukraina serta kubu Barat yang diwakili Amerika Serikat dan Eropa Barat, tetapi kini India dan China pun ikut bermain.

Biak sebagai solusi

Dalam tingkat persaingan yang kini begitu ketat, Rusia dan Ukrania—jantung kekuatan teknologi antariksa Uni Soviet—melakukan manuver baru di tengah krisis ekonomi yang menghadang. Sasaran Rusia dan Ukraina adalah Indonesia karena di situ ada Biak.

Gagasan Rusia untuk membangun dan mengoperasikan Air Launch System di atas Pulau Biak datang dari pihak swasta Rusia—didukung Badan Ruang Angkasa Rusia (RFSA)—dilontarkan kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada Mei 2001.

Pertimbangan mereka memilih Biak antara lain karena posisi geografis pulau di utara Papua itu sangat strategis. Pulau kecil itu dilintasi garis khatulistiwa. Dengan begitu, manuver atau jarak jelajah roket untuk sampai ke garis orbit geostasioner lebih dekat dibandingkan bila harus diluncurkan dari Rusia yang berada di kawasan subtropis.

Itu berarti dapat menghemat biaya bahan bakar tiga hingga empat kali lipat, ujar Anatoly Karpov, President Air Launch, perusahaan ruang angkasa Rusia, September lalu di Jakarta.

Penghematan biaya peluncuran roket dapat direduksi lagi sampai 50 persen dengan meluncurkan roket dari pesawat terbang—dibandingkan dengan lewat darat. Pesawat AN-124 Ruslan dapat digunakan berulang kali untuk lepas landas, dengan demikian biaya pembuatan komponen pendorong dari darat bisa dihemat. Masa hidup satelit pun bisa lebih lama.

Karena letaknya menghadap ke Samudra Pasifik, Pulau Biak merupakan tempat yang aman untuk peluncuran roket dibandingkan dengan pulau lainnya, ujar Wisjnu P Marsis, mantan Sekretaris Utama Lapan, yang merintis kerja sama Rusia-Indonesia sejak tahun 2005.

Selama ini Biak telah menjadi stasiun cuaca yang dikelola Lapan, di antaranya untuk mengamati gejala El Nino lewat program Tropical Ocean Global Atmosphere (TOGA) untuk mengamati perubahan suhu dan iklim di Samudra Pasifik. Stasiun pengamatan di Biak juga dapat memberi informasi langsung kepada penerbangan yang melintasi Samudra Pasifik.

Pembangunan bandar antariksa itu nantinya dapat menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pembangunan pendidikan, dan iptek serta pariwisata di kawasan timur Indonesia. Karena letak wilayah ini dekat dengan Australia, Indonesia dapat pula menjalin kerja sama di bidang kedirgantaraan.

Meski pembangunan peroketan di wilayah tersebut mempunyai nilai politis dan ekonomis yang penting, sebenarnya pembangunan peroketan sendiri belum menjadi skala prioritas dalam pembangunan nasional.

Dalam hal ini, Lapan masih dalam tahap uji coba meluncurkan roket berdiameter hingga 25 sentimeter dan jarak jangkau terjauh hanya 50 kilometer. Lapan juga baru beberapa tahun belakangan ini merintis pembuatan propelan atau bahan bakar roket secara mandiri. Padahal, uji coba pengembangan roket telah dilakukan lembaga riset ini tahun 1960-an.

Diakui Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun, pengembangan teknologi keantariksaan di Indonesia masih jadi prioritas terendah di antara penelitian dan pengembangan lainnya.

"Lapan sebagai ujung tombak pembangunan keantariksaan hingga saat ini pembangunannya masih prioritas rendah. Akibatnya, sulit untuk menstimulasi potensi keantariksaan nasional seperti industri, lembaga litbang, dan perguruan tinggi," ujarnya.

Pengembangan roket yang lebih besar sulit dilakukan, juga penerimaan data inderaja resolusi tinggi (high resolution remote sensing) sulit berkembang.

Tahun ini Lapan hanya mendapat anggaran Rp 220 miliar dari rencana Rp 350 miliar, dan tahun depan dipatok tetap Rp 220 miliar dari usulan Rp 400 miliar. Padahal, Lapan memiliki kegiatan sains selain pengembangan teknologi.

"Upaya untuk mandiri dalam bahan baku roket amonium perklorat sering diblok negara maju sehingga terhambat," ujar Adi. Ia akan tetap mendorong dan meyakinkan para pengambil keputusan, baik legislatif maupun eksekutif, akan pentingnya kemandirian bangsa dalam keantariksaan.
loading...

Roket

[roket][stack]

Teknologi

[technology][grids]

Kapal Perang

[kapal][btop]